KEPADATAN DAN KESESAKAN

KEPADATAN
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan yang digunakan adalah satuan/luas daerah, misalnya: buah/m2. Sebagai contoh, kepadatan penduduk disebut sebagai 65 orang/km2. (Wikipedia, 2011)
Kepadatan menurut MK, kepadatan tidak identik dengan banyaknya jumlah penduduk suatu Negara, artinya penduduk yang banyak tidak selalu menyebabkan negara tersebut padat, sebab kepadatan erta kaitannya dengan luas Negara dan pesebaran penduduknya.
MK melanjutkan, Faktor-faktor ang menyebabkan kepadatan:
1. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman dan topograpi yang landai menyebabkan penduduk menjadi padat dan terkonsentrasi
2. Faktor ekonomi, tersediannya sumber daya alam dan lapangan kerja.
3. Faktor sosial budaya, kesempatan meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat, selain itu daerah yang relative aman akan selalu menjadi pemukiman yang padat
Menurut Saktiyono, ada beberapa akibat dari kepadatan diantaranya adalah:
1. Kekurangan makanan. Dengan bertambahnya jumlah populasi, maka jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Jika hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan, maka dapat terjadi kekurangan makanan
2. Kebutuhan air bersih. Air merupakan kebutuhan mutlak makhluk hidup. Akan tetapi, air yang dibutuhkan adalah air bersih. Jika suatu daerah populasinya padat, maka kebutuhan akan air bersih pun juga padat.
3. Kebutuhan udara bersih. Setiap manusia membutuhkan oksigen untuk bernapas. Di daerah yang penduduknya banyak maka kebutuhan udara bersih juga meningkat. Bila udara bersih disuatu lingkungan padat penduduk tidak terpenuhi maka dapat menurunkan tingkat kesehatan penduduknya.
4. Berkurangnya ketersediaan lahan. Peningkatan populasi manusia manusia atau meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan tingkat kepadatan semakin tinggi. Kepadatan penduduk dapat mengakibatkan tanah pertanian semakin berkurang karena digunakan untuk pemukiman penduduk.
5. Kerusakan lingkungan. Setiap tahun, hutan dibuka untuk kepentingan hidup manusia seperti untuk dijadikan lahan pertanian atau pemukiman.
6. Pencemaran lingkungan. Di daerah lingkungan yang padat penduduk, sampah rumah tangga juga banyak. Karena terbatasnya tempat penampungan sampah, sering kali sampah dibuang dibuang ditempat yang tidak semestinya. Sampah rumah tangga yang umumnya sampah organic bila masuk ke perairan seperti sungai menyebabkan pencemaran.
7. Terbatasnya ruang gerak. Di daerah kepadatan penduduk yang tinggi, umumnya rumah-rumah penduduk saling berdekatan dan berhimpitan. Keadaan yang demikian menyebabkan terbatasnya ruang gerak. Akibatnya, dapat memberikan dampak negative bagi kesehatan penduduk.
Kepadatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti pengangguran, kemacetan, perampokan, dan yang lainnya.
Daftar pustaka:
-MK, Idianto Mu’in. Pengetahuan Sosial Geografi. Grasindo. http://books.google.co.id/books?id=t_S_F7iYVJAC&pg=PA92&dq=kepadatan&hl=id&ei_p6MTbKOLMjwrQeWrDaDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCcQ6AEwAA#v=onepage&q=kepadatan&f=false.Diakses tanggal 25 maret 2011.
-Saktiyono. IPA Biologi. Esis. http://books.google.co.id/books?id=pFCjM3FTWdgC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false diakses tanggal 25 maret 2011.

KESESAKAN
Kesesakan mempunyai hubungan dengan kepadatan yaitu banyaknya jumlah manusia dalam suatu batas ruang tertentu. Makin banyak jumlah manusia berbandig luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya.
Variable lain berkaitan dengan pengalaman akan kesesakan yaitu kecenderngan afiliatif atau sosiabilitas.seseorang yang mempunyai kecenderungan mudah bergaul mempunyai toleransi yang tinggi terhadap situasi yang padat daripada mereka yang cenderung tidak afiliatif.
Pengalaman budaya dan gender juga mempengaruhi rasa kesesakan. Pengalaman seseorang tentang kepadatan tinggi dapat berupa pengalaman jangka pendek, speerti kehidupan asrama selama masa studinya. Apabila orang berpikir bahwa daerah pedasaan atau daerah pinggiran kota mencerminkan suatu subbudaya tertentu, latar belakang ini pun akan menjadai faktor budaya dalam masalah kesesakan. Dalam penelitian Walden, Nelson dan Smith (1981) diketahui bahwa penghuni asrama yang berasal dari daerah pedesaan merasakan kesesakan lebih besar daripada mereka yang berasal dari daerah perkotaan.
Sementara itu dalam hal gender, melalui suatu penelitian di laboratorium didapati pria lebih bereaksi negative terhadap kesesakan dibandingkan dengan wanita sehingga perilaku sosial mereka menjadi kasar. Kaum wanita lebih dapat menahan stress.
Laurens, Jonce Marcella. 2005. Arsitektur dan perilaku manusia. Grasindo: Jakarta.