bunuh diri

JAKARTA — Seorang perempuan bernama Ice Juniar (24 tahun) ditemukan bunuh diri di West Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (30/11). Saat itu, Ice bersama keluarganya tengah berjalan-jalan dengan orang tua dan tantenya di mal tersebut.
Berdasarkan rekaman CCTV yang dimiliki oleh pihak Grand Indonesia, sebelum tewas Ice terlihat berjalan satu meter di belakang keluarganya di lantai lima. Dia menggunakan kaos kuning dan celana jins. Perempuan kelahiran 9 Juni 1985 itu kemudian terlihat memanjat pembatas kaca (reiling). Dia lalu menjatuhkan diri dengan sengaja dari lantai tersebut.
Ice jatuh di atas eskalator upper ground yang sedang naik ke atas. Menurut Senior Marketing Comunication Manager Grand Indonesia Shopping Town, Teges Prita Soraya, meskipun terjatuh dari lantai lima, jasad Ice masih utuh, darah pun tak banyak mengucur dari kepalanya yang membentur pembatas kaca eskalator hingga pecah.
Jasad Ice langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang Iptu Sutrisno menyatakan, saat ini jasad korban sedang diautopsi. Namun hingga kini alasan bunuh diri Ice belum dapat diberitahukan kepada publik. “Kami masih melakukan penyidikan lebih lanjut,” katanya. Menurut Sutrisno, polisi telah melakukan pemeriksaan terhadap keluarga korban.
Berdasarkan pantauan Republika, tidak ada pemasangan police line di tempat kejadian perkara. Menurut Teges, hal ini dilakukan karena korban sengaja menjatuhkan diri. “Dia tidak didorong atau dibunuh,” katanya. Sehingga tidak ada usaha pemeriksaan lebih lanjut. Meskipun demikian, saat ini kaca eskalator yang pecah belum diperbaiki, namun pecahannya sudah dibersihkan. “Eskalator masih ditutup dan tidak digunakan,” katanya.
Meski bukan karena kelalaian pihak Grand Indonesia, Teges mengatakan pihaknya tidak akan lepas tangan atas kejadian ini “Kami akan bantu sebisa mungkin, semampu kami,” tuturnya. Pihak GI akan membantu pengurusan hingga akomodasi jenazah sampai pulang ke kampung halaman Ice di Palembang. “Bagaimana pun dia pengunjung kami,” katanya.

Sumber: republika online; diakses tanggal 28 Desember 2009.

Kasus bunuh diri di zaman sekarang sudah sering terjadi. Berbagai cara dilakukan, baik dengan meminum racun serangga, lompat dari atap gedung, maupun menusukan dirinya sendiri dengan benda tajam. Penyebab utama dari bunuh diri adalah rasa putus asa dan stress dalam menghadapi persoalan hidup. Mereka tidak ada sandaran untuk bercerita kepada orang yang mereka percaya atau bisa juga adanya rasa malu untuk bercerita sehingga mereka memilih untuk lari dari masalah.

skizofrenia

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
1. Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
2. Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).

Sedikit cerita..
Waktu itu saya pernah ke panti rehabilitasi orang yang stree dan yang narkoba. Di panti tersbeut ada satu orang pasien yang didiagnosa mengalami skizofenia. Pasien tersebut bercerita bahwa ia sering mendengar suara-suara yang mengerikan. Ia mendengar Suara mengatakan “mati kamu, mati kamu”. Ia sudah beberapa bulan dipanti tersebut dan sudah direhabilitasi. Semenjak itu, ia tidak pernah lagi mendengar suara-suara yang mengerikan.

sumber: wikipedia.com

down sindrom

Down syndrome merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah Down Syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
Down syndrome merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.
Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.

Sumber: Wikipedia.com

NOVEL, “SHEILA LUKA HATI SEORANG GADIS KECIL”

Ketika sedang membereskan kamar, saya menemukan sebuah novel yang berjudul “Sheila, luka hati seorang gadis kecil”. Novel ini ditulis oleh seorang psikolog pendidikan dan guru pendidikan yang bernama Torey Hayden yang sejak tahun 1979 telah mengisahkan perjuangannya diruang kelasnya. Ketika membaca sinopsisnya di belakang novel tersebut, saya sangat tertarik untuk membacanya lebih jauh.

Beginilah sebagian dari ceritanya:
Torey mengajar disebuah kelas khusus untuk anak-anak yang “bermasalah” baik secara fisik maupun mental. Ada 8 anak yang diajar oleh Torey.
Yang pertama adalah Peter, seorang anak yang kondisi neurologisnya buruk sehingga perilakunya sangat kasar. Yang kedua adalah Tyler, seorang anak perempuan yang mencoba bunuh diri dua kali. Yang ketiga bernama Max yang menderita autisme. Yang keempat adalah Freddie yang diduga menderita autisme, namaun ada juga yang menduga mengalami keterbelakangan mental yang parah. Yang kelima adalah Sarah, seorang anak yang menjadi korban penyiksaan fisik dan seksual yang menjadikannya pemarah dan pembangkang. Yang keenam bernama Susannah Joy yang menderita skizofrenia kanak-kanak. Yang ketujuh bernama William yang takut akan segala hal. Lalu yang terakhir bernama Guillermo, anak imigran Meksiko yang buta dan pemarah.
Dalam mengajar kedelapan anak tersebut, Torey dibantu oleh dua orang assistant pengajar. Yang pertama bernama Anton seorang imigran Meksiko berumur 29 tahun yang belum lulus SMU dan tidak pernah membayangkan berkeja di bidang pendidikan yang berisi anak-anak “khusus”. Yang kedua adalah Whitney, seorang murid SMP. Jadilah mereka berdua kelas didalam kelas tersebut.
Berbagai macam metode pengajaran dilakukan oleh Toren dan kedua asisstentnya untuk menambah kemampuan kedelapan anak-anak dalam berbagai aspek, diantaranya, diskusi pagi yang membahas tentang berbagai hal, kelas memasak di hari rabu, dan mengadakan kotak ajaib yang berisikan curahaan hati setiap anak yang ada di kelas.
Beberapa bulan kemudian, kelas mereka bertambah satu orang murid bernama Sheila. Sheila adalah seorang anak berumur 6 tahun yang membakar seorang anak laki-laki berusia tiga tahun. Perilakunya sangat destruktif, pemarah dan pendendam. Ia benci akan segala hal. Sheila dibesarkan tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ibunya pergi meninggalkannya bersama dengan adiknya, sedangkan ayahnya selalu mengatakan anak haram kepada dirinya dan selalu disiksa. Tubuhnya sangat bau oleh bau pesing karena bajunya tidak pernah diganti. Karena peristiwa pembakaran tersebut, Sheila akan dimasukan ke rumah sakit negara. Namun, karena tidak ada instalasi khusus anak, ia ditempatkan sementara di kelas Torey sampai instalasi anak dibuka.
Dihari pertama Sheila dikelas tersebut ia sangat pemarah. Ia tidak mau melakukan semua tugas yang diberikan oleh Torey. Di hari yang sama, Sheila melakukan hal yang tidak terduga, ia mencungkil mata ikan mas yang ada di kelas mereka sehingga kelas menjadi sangat kacau dan tak terkendali. Sheila lari dan Torey mengejarnya. Torey berusaha untuk berbicara dari hati ke hati dengan Sheila bahwa ia adalah seorang teman yang tidak perlu ditakuti. Namun Sheila tidak percaya begitu saja. Torey meyakinkan kembali, lagi dan lagi untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya, Sheila pun mau untuk mendekat walaupun sikapnya masih sangat waspada terhadap Torey.
Setelah kejadian tersebut, tidk ada seorangpun yang membahas kejadian tragedy ikan. Hari-hari berjalan dengan normal. Seperti biasa, Sheila tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh Torey. Torey memberikan pengertian kepadanya. Dengan kesabaran dam kasih saying, Torey berusaha untuk mengubahnya menjadi anak yang baik. Lambat laun perilaku Sheila berubah. Ia tidak lagi menjadi anak yang destruktif melainkan membaantu teman-temannya yang sedang kesulitan sehinga memperingan tugas Torey dan kedua asistentnya. Ia mau mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh Torey. Namun ada kalanya juga perilaku destruktifnya itu timbul bahkan bisa lebih parah dari yang sebelumnya.
Suatu ketika Torey ingin megetahui IQ Sheila karena selama ini Torey memperhatikan sikap dan perilakunya tidak seperti anak-anak yang ada dikelasnya dan tidak seperti anak umut 6 tahun. Hasilnya sangat menakjubkan. Sheila mencapai angka 102, untuk anak semur Sheila skor hanya mencapai angka 99. Allan, psikolog sekolah tempat Torey mengajar pun mengatakan hal yang sama dan terkagum-kagum, ia pun berusaha untuk mencari tes yang dapat mengukur IQ Sheila. IQ Sheila setara dengan anak kelas 5. Torey sangat yakin bahwa Sheila tidak layak dimasukan kedalam rumah sakit negara. Ia bersikeras untuk menampatkan Sheila di sekolah biasa, di sekolah normal .
Ketika instalasi anak di rumah sakit Negara sudah dibuka, mau tidak mau Sheila harus ditempatkan di sana karena pengadilan sudah memutuskannya. Namun, Torey sudah sangat mencintainya dan ia berusaha untuk menempatkan Sheila di sekolah umum. Dengan bantuaan pacarnya, Chad, seorang pengacara, ia menentang pengadilan dan berusaha untuk menempatkan Sheila di sekolah umum. Akhirnya, kemenangan diraih oleh Torey sehingga Sheila tidak perlu dimasukan kedalam rumah sakit Negara. Sheila bisa bersekolah di sekolah umum.
Akhirnya, Sheila bisa di sekolahkan di sekolah umum.
Setelah membaca seluruh isi buku yang sangat menegangkan, mengharukan, dan lucu ini, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa kasih saying dan cinta yang tulus dapat “menjinakan” kebencian dan menjadikan seseorang menjadi lebih baik. Setiap bab dalam buku ini sangat bermakna.
Buku ini juga menjadi inspiriasi saya untuk tetap berjuang menempuh pendidikan kuliah di bidang psikologi, sepertinya sangat mengasikan menjadi seorang psikolog. Cita-cita saya dari kecil adalah menjadi seorang guru. Ketika pemilihan jurusan untuk masuk kuliah, tidak terpikir untuk masuk psikologi. Saya masuk psikologi dengan sangat terpaksa. Setelah membaca buku ini sepertinya menjadi seorang psikolog di bidang pendidikan ataupun perkembangan anak sangat seru. Saya menjadi terinsporasi oleh buku ini. TWO THUMBS UP FOR THIS BOOK!!! I LOVE THIS BOOK!!!!

homoseksual

Orang dewasa lebih cenderung mengidentifikasi diri mereka sebagai homoseksual. Akan tetapi kurang dari 3% pria Amerika dan 1,5% wanitanya menyebut diri mereka homoseksual atau biseksual. Karena kuatnya penolakan sosial terhadap homoseksual, pengungkapan seringkali berjalan lambat dan menyakitkan. Pengungkapan biasa terjadi dalam 4 tahapan, yang bisa jadi tidak akan pernah tercaai sempurna:
1. Menyadari bahwa dirinya homoseksual. Tahap ini mungkin terjadi pada masa kanak-kanak atau baru terjadi pada masa remaja atau setelah masa tersebut. Tahap ini menjadi pengalaman yang membingungkan, menyakitka dan membuat rendah diri.
2. Mengenal homoseksual lainnya dan membentuk hubungan seksual dan romantis. Tahap ini mungkin baru akan terjadi pada masa dewasa. Berhubungan dengan homoseksual lainnya dapat menghilangkan perasaan isolasi dan meningkatkan citra diri.
3. Memberitahu keluarga dan teman. Banyak homoseksual lainnya tidak berani melakukan hal ini dalam jangka waktu yang panjang-jika memang hal tersebut dilakukan pada akhirnya. Pengungkapan tersebut dapat menimbulkan penolakan, konflik dan ketidaksetujuan; atau sebaliknya, hal tersebut mempererat solidaritas dan dukungan keluarga
4. Keterbukaan sempurna. Tahap ini termasuk memberitahukan kepada keluarga, pegawai dan lainnya. Homoseksual ditahap ini telah mencapai penerimaan yang sehat terhadap seksualitas mereka sebagai bagian dari diri mereka.

Hubungan gay dan lesbian mengambil banyak bentuk, tetpi mayoritas homoseksual (seperti halnya heteroseksual) mencari cinta, persahabatandan kepuasan seksual melalui hubungan dengan seseorang. Hubungan seperti iu semakin umum dalam masyarakat yang dapat menoleransi, mendukung dan menerima mereka. Unsur kepuasan jangka panjang dalam hubungan seksual sangat mirip dengan yang ada dalam hubungan heteroseksual.
Lesbian cenderung memiliki hubungan yang stabil dan monogamy dibandingkan dengan pria gay, tetapi sejak epidemic AIDS, pria gay menjadi lebih tertarik hubungan jangka pangjang. Komitmen pasangan gay dan lesbian yang hidup bersama cenderung sama dengan komitmen sama dengan komitmen pasangan yang menikah.
Sekarang, gay dan lesbian di AS serta Eropa berjuang mendapatkan pengakuan legal terhadap perkumpulan mereka, sebagaimana di Belanda dan Negara bagian Vermont, dan untuk mendapatkan hak mengadopsi anak atau membesarkan anak mereka sendiri. Banyak homoseksual yang telah menikah dan memiliki anak sebelum pengakuan diri tidak mampu mendapatkan atau meneruskan hak mengasuh. Yang lain mengadopsi anak atau hamil lewat teknik rerproduksi yang dibantu. Untuk memberikan anak-anak ini keuntungan berorang tua lengkap.
Gay dan lesbian juga mendesak diakhirinya diskrimanasi dalam pekerjaan dan perumahan. Isu terkini adalah haruskah pasangan tanpa nikah-homoseksual atau heteroseksual-diberi hak menggunakan asuransi kesehatan dan dana pensiun, agar dapat menanggung bersama pajak penghasilan dan mendapatkan santunan kematian dan keuntungan perkawinan lainnya. Provisi seperti ini telah berlaku di Perancis, Swedia, Denmark, dan Belanda.
Sumber:
Diane, E. Papalia. 2008. Human development (psikologi perkembangan). Jakarta: kencana.